ErakiniNews | Mataram - Setelah dinyatakan lolos fit and proper test oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), langkah baru segera digerakkan. Di bawah komando Direktur Utama Nazaruddin, Bank NTB Syariah menegaskan komitmennya untuk kembali ke khitah awal pendirian bank daerah—yaitu menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat melalui pembiayaan produktif bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), atau sektor riil secara umum.
“Sejalan dengan arahan Pak Gubernur (Dr. H. Lalu. Muhamad Iqbal), arah bisnis Bank NTB Syariah ke depan akan lebih fokus ke sektor produktif, khususnya UMKM. Kita ingin bank ini benar-benar hadir untuk menggerakkan sektor riil,” tegas Nazaruddin, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, secara historis setiap cabang Bank NTB Syariah didirikan berdasarkan studi kelayakan (feasibility study) yang memetakan potensi ekonomi lokal.
“Kalau dulu cabang didirikan karena ada potensi pertanian, perikanan, atau perdagangan, maka pembiayaannya seharusnya mengalir ke sana. Sekarang, porsi konsumtif masih lebih besar. Ini yang sedang kami benahi,” ungkapnya.
Nazaruddin yang sebelumnya berkarier panjang di Bank Rakyat Indonesia (BRI) membawa semangat untuk mengembalikan Bank NTB Syariah ke jalur produktif. Menurutnya, sejak diamanatkan menjadi Dirut pada RUPS lalu, ia sudah mulai melakukan langkah konkret, termasuk pelatihan bagi seluruh pegawai di 13 kantor cabang dan 28 kantor cabang pembantu.
“Saya tidak mau setengah-setengah. Setiap unit kerja sekarang sudah memiliki consumer officer dan productive officer yang fokus pada segmen masing-masing. Jadi mereka tidak boleh abu-abu, harus jelas perannya sesuai arah yang sudah disiapkan,” tegasnya.
Luncurkan Skema Pembiayaan Baru
Bank NTB Syariah juga telah meluncurkan sejumlah skema pembiayaan baru yang dirancang untuk memperkuat segmen mikro. Salah satunya adalah program “Tunas”, yakni pembiayaan mikro dengan pendekatan pemberdayaan dan pendampingan.
“Skim Tunas ini sudah mulai jalan bulan ini. Margin-nya kita atur tetap kompetitif, dan tetap memperhatikan keberlanjutan usaha nasabah,” jelasnya.
Namun, Nazaruddin menegaskan, Bank NTB Syariah tak perlu takut bersaing. Ia mengutip prinsip bisnis klasik: “If you don’t have competitive advantage, don’t compete.” Menurutnya, Bank NTB Syariah memiliki keunggulan kompetitif di sektor yang beririsan langsung dengan ekosistem keuangan daerah.
“Kita tidak harus bersaing di semua lini. Fokuslah di area yang kita punya kekuatan. Contohnya dana kas daerah, proyek konstruksi daerah, gaji ASN, itu semua bagian dari ekosistem kita. Kita sebagai bank daerah harus tetap ada di situ,” tegasnya.
Nazaruddin menyebut, saat ini baru sekitar 40 persen dana daerah yang terkelola di Bank NTB Syariah. Padahal, dengan sistem digitalisasi SIPD (Sistem Informasi Pemerintahan Daerah) yang terintegrasi, seharusnya dana tersebut bisa kembali ke bank milik daerah.
“Ini seperti hak kita yang harus kita jaga. Semua arus kas dari APBD seharusnya bisa dikelola di Bank NTB Syariah. Kalau ini kita kuasai, potensi pertumbuhan luar biasa besar,” ujarnya optimistis.
Berdaulat di Daerah Sendiri
Untuk memperkuat pengelolaan segmen produktif, Bank NTB Syariah juga merekrut tenaga ahli dari perbankan nasional.
“Saya bahkan merekrut satu pensiunan manajer BRI untuk mendampingi tim kami selama enam bulan, supaya pelaksanaan program mikro dan subsidi margin berjalan tepat,” tambahnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, Nazaruddin menegaskan semangatnya untuk menjadikan Bank NTB Syariah benar-benar berdaulat di daerah sendiri.
“Semangat kami sederhana, jadi raja di rumah sendiri. Kita tidak usah muluk-muluk bersaing ke luar dulu. Yang penting potensi di NTB ini bisa kita kelola maksimal. Apa yang menjadi hak daerah harus kembali ke kita. Dan bank ini harus benar-benar harus terasa di masyarakat NTB,” tegasnya.
Dengan strategi yang terarah dan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi NTB, dan kabupaten/kota di NTB, ia optimis Bank NTB Syariah akan tumbuh lebih kuat dan berkontribusi besar bagi ekonomi daerah. (*)
E_01

0 Komentar