Breaking News

Rekognisi Memori dan Spirit Kepahlawanan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid


Dr. Lalu Sirajul Hadi, MPd

Oleh : Lalu Sirajul Hadi

Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Indonesia patut bersyukur dan berbangga, dengan sosok TGKH. Muhammad  Zainuddin Abdul Madjid. Anak bangsa yang mendedikasikan histori dan jejak kehidupanya dengan perjuangan yang tidak gampang. Tiga fase penting yang dilampau dengan sulit, pra kemerdekaan, masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Di jaman ketika orang masih takut, merasa lemah, pesimis dengan masa depan, narrow-minded, dan mempasrahkan nasib hanya kepada keadaan, penjajahan dan kolonilisasi saat itu.

Inisiatif dan gagasanya yang visioner dan sekaligus berani, pada tahun 1934 di saat bangsa Indonesia masih terkolonialisasi, beliau mendirikan Pesantren Al-Mujahidin di kampung  kelahirannya, Beremi Pancor Lombok Timur. Karya monumental yang sarat dengan pesan heroic, perjuangan dan peradaban. Sebuah keyakinan, bahwa perjuangan akan dimenangkan dengan konsolidasi, ilmu pengetahuan dan hadirnya keberanian. Pesantren Al-Mujahidin, yang dihajatkan sebagai wadah bagi masyarakat tempat mengaji, belajar agama, menuntut ilmu, tempat berinteraksi dan wadah berdialog tentang kehidupan pada zamanya. Apa makna dari tonggak penting ini, jika dilihat dilihat dari perspektif social, politik kebangsaan, dedikasi dan konstribusi tokoh.

Pertama, kesadaran keritis; bahwa sosok TGKH. Muhammad  Zainuddin Abdul Madjid sangat memahami dengan sadar, bahwa perubahan social harus dilakukan secara bertahap, begitu pula dengan hati dan moralnya, terpanggil untuk dapat melakukan sesuatu yang berarti, di tengah kondisi masyarakat disekitarnya yang tidak berdaya, secara sosial, ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Kesadaran kritis muncul dari kepekaan (sensitivitiy) dan sekaligus sebagai tanggung jawab moral-kritisnya sebagai anak bangsa, yang memiliki ilmu, pengetahuan dan pengalaman untuk hadir melakukan sesuatu, atas realitas social politik pada jamanya. Membentuk pesantren Al-Mujahidin, merupakan bentuk dari sikap sadar dan sikap kritisnya, bahwa perubahan dan perjuangan harus dimulai dari ilmu dan pengetahuan (pendidikan). Pesantren Al-Mujahidin kemudian bertransformasi seiring keadaan dan kebutuhan zaman, menjadi Madrasah NWDI pada tahun 1937 dan berdirinya Madrasah NBDI 1943. Sebuah metode, bahwa perjuangan untuk mengadapi dan mengalahkan penjajahan, selain dilakukan dengan mengangkat senjata, juga tidak kalah pentingya dilakukan melalui soft strategy, pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah salah satu instrument perjuangan dan perlawanan yang efektif. Oleh  TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, kedua strategi itu dilakukaknya, sebagaimana tercatat dalam buku-buku Sejarah perjuangan beliau, ketika menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang.

Kedua, komitmen kebangsaan & Keummatan; kehadiran sosok dan figure  TGKH. Muhmmad  Zainuddin Abdul Madjid, menegaskan bahwa orientasi dan tujuan perjuangan didedikasikan, adalah untuk bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Satu Pelajaran dan pesan penting, bahwa komitmen kebangsaan yang dicontohnkan, mengispirasi generasi disetiap zaman, bahwa menjadikan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan yang lain, adalah keniscayaan dan kemuliaan. Komitemen kebangsaan dan keummatan yang dicontohkan, merupakan sebuah sikap “etik-patriotik”. Menggambarkan, bahwa arti kebesaran dan keberfaedahan dalam kehidupan berbangsa dan berengara itu adalah, manaka kelebihan, potensi dan kekuatan yang kita miliki, dapat dan mampu didedikasikan untuk kepentingan dan kemaslahatan bangsa. Metode perjuangan, TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang konsisten melalui jalur pendidikan, social dan dakwah, adalah peran dan dedikasi nyata yang dipersembahkan bagi bangsa Indonesia.

Ketiga, resilensi; bahwa zaman ketika TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menginisiasi perubahan dan perlawanan, bukanlah waktu yang tenang tanpa gejolak dan tantangan, melainkan momentum dan waktu yang penuh dengan persekusi dan agitasi dan masyarakat yang tertinggal. Situasi penuh tantangan tersebut beliau hadapai dengan kesabaran dan ketangguhan luar biasa, tidak menyerah dan terus melakukan dan memberikan pengaruh tentang pentingnya ilmu pengatahuan dan keberanian untuk melawan keterjajahan dan ketertinggalan. Sebuah pesan moral yang patut kita jadikan sebagai inspirasi dan spirit. Mental dan ketangguhan yang kuat (fighter) yang menceriminkan sebuah sikap, bahwa kemenangan dan kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan direbut (ikhtiar) dengan ilmu, cara, strategi dan keberanian.

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam konteks tokoh, sesungguhnya telah mengilhami semua kita tentang pentingnya, berbuat dan mengambil peran, sebagai makna rekognisi untuk berkonstribusi dan bererdedikasi bagi bangsa dan negara. Secara historis, jejak heroic perjungan dilakukan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah modal, bahwa komitmen, visi dan keberanian amar makruf nahi mungkar, adalah cerminan profil yang mengkontruski kognisi sekaligus kohesi, menuju kebermafaatan dan makna kehidupan, bagi bangsa dan negara. Wallahu’alam


Penulis

Dosen FKIP Universitas Mataram & UNW Mataram

Ketua Departemen Pendidikan PBNW

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close